Rencana ini outline yang bakal jadi calon mysweetSkripsi, tapi bagaimana nanti aja deh. fokus aja dulu dengan PPL disekolah
A.
JUDUL
PENGARUH PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE - PROBLEAM
POSSING MATERI TATA NAMA SENYAWA KIMIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3
SINGKAWANG
B.
LATAR
BELAKANG
Pendidikan
merupakan faktor penting dalam menentukan masa depan dan kelangsungan hidup
suatu bangsa. Masalah pendidikan menjadi perhatian serius bagi bangsa Indonesia
mengingat pentingnya peranan pendidikan dalam kemajuan bangsa, oleh karena itu
pemerintah berupaya melakukan perbaikan dan pembaharuan secara bertahap dan
terus menerus untuk membentuk sistem pendidikan. Pendidikan merupakan masalah
yang kompleks, sehingga dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
mencakup berbagai bidang di antaranya peningkatan sarana dan prasarana,
perubahan kurikulum ,proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, dan
usaha-usaha lain yang tercakup dalam komponen pendidikan. Keberhasilan proses
belajar mengajar merupakan hal utama yang diharapkan dalam melaksanakan
pendidikan di sekolah. Komponen utama dalam kegiatan belajar mengajar adalah
siswa dan guru, dalam hal ini siswa yang menjadi subjek belajar, bukan menjadi
objek belajar. Oleh karena itu, paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru
(teacher centered learning) hendaknya diubah menjadi pembelajaran yang
berpusat pada siswa atau student centered learning.
Ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran yang
memerlukan keterampilan dalam memecahkan masalah yang berupa teori, konsep
hukum, serta fakta yang berkaitan dengan kehidupan. Kimia merupakan pelajaran
yang dianggap sulit oleh siswa. Menurut Ashadi (2009), yang menjadi
penyebab kesulitan belajar kimia antara
lain banyak konsep kimia yang bersifat abstrak, tidak semua siswa dapat
berpikir dengan baik, serta kurangnya kompetensi guru dalam menggunakan media
pembelajara dan teknologi yang tepat.
Mata pelajaran kimia di SMA bertujuan agar peserta
didik memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling
keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari – hari dan teknologi (Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), 2006:2).
Salah satu materi kimia yang dipelajari dikelas X
adalah Tata Nama Senyawa. Materi tata nama senyawa yang diajarkan kepada siswa
pada dasarnya merupakan materi yang dipersiapkan untuk mengikuti pelajaran pada
tahap berikutnya, sehingga keberhasilan pembelajarannya sangat ditekankan.
Menurut Sri Juari Santosa, dkk (2008 : 81) konsep tata nama senyawa penting
dalam mempelajari reaksi kimia dan persamaan reaksi.
Kenyataannya, masih banyak ditemukan hasil belajar
siswa yang belum memuaskan dikarenakan sering tidak terjadinya interaksi antara
siswa dengan guru atau siswa dengan siswa. Hal ini didukung dari hasil
observasi tanggal 14 April 2015 dan 15 April 2015 dikelas X SMA Negeri 3
Singkawang. Secara lengkap hasil observasi terdapat pada tabel 1 sebagai
berikut :
Tabel
1.1 Hasil Observasi Proses Belajar Mengajar Kelas X1
dan X2 SMAN 3 Singkawang
Observasi Kelas X1
( 14 April 2015 )
|
Observasi Kelas X2
( 15 April 2015)
|
1.
Guru
mengucapkan salam
2.
Pada
kegiatan awal pembelajaran guru langsung memberikan apersepsi
3.
Guru tidak
menyebutkan tujuan pembelajaran
4.
Guru menjelaskan materi sampai selesai dengan menggunakan metode ceramah tanpa memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya selama ± 55 menit. Setelah 15 menit
menjelang akhir kegiatan inti, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya, tetapi tidak ada yang mau bertanya.
5.
Saat guru
mengajar, siswa yang duduk paling
belakang tidak serius dan tidak mendengarkan penjelasan guru. Mereka sibuk
berbicara dengan teman sebangkunya dan ada pula yang bermain handphone
6.
Guru
memberikan latihan soal kepada siswa dari buku LKS secara individu
7.
Hanya
beberapa siswa yang mengerjakan soal tersebut
8.
Hanya
beberapa soal yang dibahas oleh guru karena jam pelajaran telah habis.
9.
Guru dan
siswa tidak menyimpulkan pembelajaran
10.
Siswa
menjawab salam dari guru
|
1. Guru mengucapkan salam
2. Pada kegiatan awal
pembelajaran guru langsung memberikan apersepsi
3. Guru tidak menyebutkan
tujuan pembelajaran
4. Guru menjelaskan
materi sampai selesai dengan menggunakan metode ceramah tanpa
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya selama ± 55 menit. Setelah
15 menit menjelang akhir kegiatan inti, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya, tetapi tidak ada yang mau bertanya.
5. Saat guru mengajar,
siswa yang duduk paling belakang tidak serius dan tidak mendengarkan
penjelasan guru. Mereka sibuk berbicara dengan teman sebangkunya dan ada pula
yang bermain handphone
6. Guru memberikan latihan
soal kepada siswa dari buku LKS secara individu
7. Hanya beberapa siswa
yang mengerjakan soal tersebut
8. Hanya beberapa soal yang
dibahas oleh guru karena jam pelajaran telah habis.
9. Guru dan siswa tidak
menyimpulkan pembelajaran
10.
Siswa menjawab salam dari guru
|
Berdasarkan
observasi dari Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran pada kelas
X1 dan X2 adalah sama yaitu menggunakan metode ceramah.
Saat kegiatan apersepsi, seharusnya guru dapat menggali kemampuan awal siswa
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sehingga siswa dapat termotivasi untuk
mengikuti pelajaran. Saat pembelajaran berlangsung siswa terlihat masih belum
serius dalam menerima pelajaran sehingga dapat dikatakan bahwa keaktifan siswa
dalam mengikuti pelajaran masih kurang.
Penggunaan
metode ceramah yang dilakukan oleh guru mengakibatkan terjadinya komunikasi
satu arah yang didominasi oleh guru sehingga akan mempengaruhi hasil belajar
siswa. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Trianto (2010) yang
mengatakan bahwa dominannya proses pembelajaran konvensional yang dilakukan
oleh guru mengakibatkan kurangnya motivasi belajar dan rendahnya hasil belajar
siswa.
Pembelajaran
kimia yang dilakukan pada kelas X SMAN 3 Singkawang cenderung sama dengan hasil
observasi yaitu menggunakan metode ceramah. Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara dengan siswa kelas X dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda
pada tanggal 15 April 2015, diperoleh informasi bahwa guru lebih banyak
menjelaskan materi pelajaran. Pertanyaan yang diajukan kepada siswa hanya
sekali-sekali saja, sehingga siswa kurang terbiasa untuk bertanya kepada guru
tentang materi yang dipelajari. Guru lebih mendominasi dalam proses
pembelajaran. Akibatnya siswa kurang termotivasi dan kurang tertarik terhadap
pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga berdampak pada hasil belajar
siswa yang didapat.
Penggunaan metode ceramah yang diungkapkan oleh
siswa dalam wawancara sebelumnya juga diperkuat dengan hasil wawancara dengan
guru kimia pada tanggal 15 April 2015. Menurut guru, metode ceramah mudah
dilakukan daripada metode yang lain sehingga dalam proses pembelajarannya
metode ini hampir selalu digunakan.
Untuk mengatasi permasalahan di atas maka di dalam pembelajaran kimia
banyak sekali model pembelajaran yang dapat diaplikasikan. Menurut Aunurrahman
(2009:143), penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong timbulnya
rasa senang siswa terhadap pelajaran dan mampu mencapai hasil belajar yang
lebih baik. Syamansky (Agus N. Cahyo: 2013: 35) berpendapat bahwa menurut
pandangan kontruktivis dalam proses pembelajaran adalah aktivitas yang aktif,
dimana peserta didik mengonstruksi sendiri pengetahuannya, mencari arti apa
yang mereka pelajari, dan mengembangkan ide-ide baru dengan kerangka berpikir
yang telah dimilikinya. Salah satu model pembelajaran yang berparadigma
konstruktivis yaitu model pembelajaran learning cycle. Ergin et al (Tuna
and Kacar: 2013: 74) mengemukakan bahwa “Learning cycle model is a
constructivist model which provides learning a new concept or comprehension
deeply a known concept”. Model siklus belajar adalah model konstruktivis
yang menyediakan pembelajaran konsep baru atau pemahaman mendalam sebuah konsep
yang dikenal. Kelebihan yang lain dari Learning Cycle adalah untuk meningkatkan
sikap ilmiah terhadap penggunaan penyelidikan dan model ini sangat penting
karena dapat menghasilkan instruksi ilmu yang efektif, sehingga berpengaruh
besar peserta didik (Ates: 2005).
Khataiba and Nawaflah (2000) dalam penelitiannya menunjukkan keunggulan
dari kelompok eksperimen yang belajar dengan menggunakan model siklus belajar. Namun, Learning Cycle 6E memiliki
kelemahan salah satunya adalah menuntut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam
merangsang dan melaksanakan proses pembelajaran. Untuk meningkakan kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah dan mengatasi kelemahan tersebut salah satunya
yaitu dengan menggunakan pendekatan problem posing. Xia et al, (2008)
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa problem posing dapat meningkatkan
pengetahuan mengajar guru matematika dan keterampilan teknis dari problem
posing secara efektif. Guru tidak hanya memberikan masalah matematika
tetapi bagaimana "mengajarkan" siswa untuk memecahkan masalah dan
juga "belajar" bagaimana mengajar siswa untuk mengajukan masalah.
Menurut Brown & Walter (Akay & Boz), problem posing membantu
siswa untuk mendapatkan kontrol dari orang lain (misalnya guru) dan dalam
pengajuan masalah ini mendorong siswa untuk menciptakan ide-ide baru dengan
memberikan mereka pandangan yang lebih luas tentang apa yang bisa dilakukan
dengan masalah yang diberikan. Proses ini juga dapat membantu guru dengan
mengajukan masalah terbuka untuk membuka pemikiran siswa (Silver, 1994).
Berdasarkan
paparan tersebut, maka penelitian dengan model pembelajaran Learning Cycle – Probleam Possing pada
materi Tata Nama Senyawa siswa Kelas X SMAN 3 Singkawang.
C. RUMUSAN MASALAH
Masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana
mengetahui rata-rata hasil belajar siswa pada materi Tata Nama Senyawa Kimia
sebelum dan setelah menggunakan model Pembelajaran Learning Cycle – Probleam Possing?
2. Bagaimana
mengetahui rata-rata hasil belajar siswa pada materi Tata Nama Senyawa Kimia sebelum dan sesudah
menggunakan model pembelajaran konvensional?
3. Apakah
terdapat perbedaan rata – rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran Learning Cycle – Probleam
Possing dan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional
pada materi Tata Nama Senyawa Kimia SMAN 3 Singkawang?